Rabu, 28 November 2007

Hidup dalam persepsi

"Hidup dalam persepsi.." Kata-kata itu akhir-akhir ini sering muncul di benak saya. Entah kenapa, tapi saya rasa hal itu benar juga bahwa selama ini banyak sekali orang-orang yang hidup di dalam persepsi dia sendiri. Persepsi tentang lingkungan, persepsi tentang pasangan, persepsi tentang segalanya yang seringkali menutupi suatu hal yang kita sebut realita. Realita yang kadang dapat begitu kabur, begitu terkubur dalam-dalam atas persepsi itu. Persepsi itu pulalah yang akhirnya membentuk dunia kita, dunia di dalam akal pikiran kita, yang nantinya besar pengaruhnya terhadap keputusan-keputusan yang akan kita ambil.

Suatu saat nanti persepsi-persepsi itu berbenturan dengan realita yang akhirnya muncul ke permukaan. Apa yang akan terjadi? Bisa saja mengakibatkan jatuhnya mental seseorang yang tidak dapat menerima atau kecewa terhadap realita itu. Atau bisa saja justru menjadi motivasi orang tersebut yang menyadari bahwa realita tak seburuk/seindah persepsinya.

Dalam konteks hubungan/relationship, hal tentang persepsi ini banyak sekali terjadi. Seseorang akan memandang pasangannya sesuai dengan persepsinya. Misalkan sang pasangan berbuat baik sekali saja, hal itu dapat menciptakan persepsi bahwa orang tersebut baik. Sebuah kejadian dapat menghasilkan persepsi tentang nilai keseluruhan orang tersebut. Hal-hal seperti itulah yang nantinya menjadi masalah ketika dalam berumah tangga kita menemukan suatu hal baru yang dinamakan realita yang akhirnya membuat kita berpikir 'Dia kok berubah sih?' atau 'Dia dulu nggak gitu deh.' Sebenarnya, tidak ada yang berubah dari dirinya, hanya saja dahulu persepsilah yang menguasai pemikiran sehingga tidak melihat realita itu sendiri.

Jadi, apakah hidup dalam persepsi itu salah? Ataukah benar? Anda sendiri yang dapat menilai..
Lha wong saya sendiri juga masih belajar..

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Sebenarnya, tidak ada yang berubah dari dirinya, hanya saja dahulu persepsilah yang menguasai pemikiran sehingga tidak melihat realita itu sendiri.

Saya rasa tidak selalu demikian, kadang orang pun berubah. Di sini kita melihat ada 2 orang yang terlibat. Mungkin saja perubahan persepsi 1 orang, mengubah perilaku dan tindak-tanduknya, sehingga membuat pasangannya mempertanyakan perubahan itu, sementara persepsi pasangannya itu sendiri sebenarnya tidak berubah.

Anda sudah bingung? Lha wong saya juga bingung.

Hidup dalam persepsi bisa saja tidak salah, karena toh persepsi itu bisa berubah, berubah ke arah yang lebih baik, inilah proses pembentukan diri. Yang salah adalah jika kita hidup dalam persepsi kita tanpa mau dan mampu melihat persepsi/sudut pandang/paradigma orang lain. Bukankah begitu?

Anyway, pemikiran yang luar biasa mas Tinta.

Saya mumet.... @#$%#$!@$&^%^$&

tintabiru mengatakan...

Hmm... Tambahan yang bagus, Gabe. Menambah warna persepsiku dalam pemikiran 'Hidup dalam persepsi'.

Anonim mengatakan...

wah, terima kasih.....
saya jadi tersanjung. wakakakak...

tapi bener, tulisan mu tu mengundang orang untuk berpikir... Good job, Joe!
Keep writing!
Ditunggu loh...