
Selamat Tahun Baru 2008!! Kalimat yang paling sering diucapkan akhir-akhir ini. Sebagian mengucapkannya dengan sederetan gigi putih berseri diiringi dengan tiupan terompet keras, namun sebagian yang lain mengucapkannya dengan guratan wajah yang kecapaian harus mengungsi karena banjir yang menenggelamkan desanya.
Ya.. itulah realita. Malem taun baru kemaren saya menghabiskan waktu bersama temen-temen SMA dulu di salah satu resto yang dikelola teman. Kira-kira pukul 08.00, malam masih muda, saya selesai melakukan tugas sebagai petugas multimedia di gereja. Saat pulang saya menghubungi salah seorang teman dan ternyata dia berada di salah satu mall dekat gereja, yaudah deh langsung meluncur menuju TKP. Di sana saya bertemu dua orang teman yang telah menunggu saya. Jalan-jalan sebentar untuk menghabiskan waktu, saya memutuskan untuk makan malam karena teman saya yang lain ternyata sudah makan. Mencari yang simple aja, sama memilih makan di fast food punyanya om badut yang rambutnya keriting warna merah. Biar cepet aja. Wah ternyata kalo mo beli ayam jangan di situ lagi deh, gak enak sama sekali, biasanya gak separah itu. Gak tau kenapa kualitasnya gak bisa terjaga. Setelah malam mulai benar-benar turun, kami memutuskan untuk menuju ke resto teman di mana beberapa teman yang lain juga sudah berkumpul di situ. Setiba di sana ternyata masih sedikit teman yang datang. Setelah kami datang baru kemudian beberapa yang lain datang menyusul. Acara di sana sih gak terlalu ramai, hanya tawa-tawa sendau gurau dan sedikit nyanyi-nyanyi diiringi solo organ (padahal bukan organ tapi keyboard + saxofon). Hmmm... Karena saya suka musik, saya komen dikit deh. Kenapa ya kualitas solo organ dan vokal macam itu bisa masuk dan lolos di resto macam ini? Bagi saya kualitas mereka sangat tidak memuaskan. Itulah! Konsumen yang tidak tau musik sudah sangat terhibur walau dengan kualitas seadanya. Oke.. Kembali ke lapppptop... Memang kalo lagi kumpul waktu pun terasa cepet banget deh. Jam 12 pun datang, kami doa, tiup terompet, salam-salam, dsb. Seperti orang kebanyakan yang merayakan taun baru. Tidak ada yang special. Setelah itu, dengan sedikit ngobrol2 dan foto2, kami pun pulang dengan tujuan masing-masing. Saya dan empat teman lainnya memutuskan untuk melanjutkan malam ke sebuah pondok ice cream di dekat situ. Hanya untuk menghabiskan waktu. Perut saya yang lapar lagi membuat saya memilih menu Banana Split dan dua buah siomay untuk mengganjalnya. Pukul 03.00 dini hari kami pulang karena pondok ice cream itu mau tutup. Sampailah ke rumah, bersih-bersih, teparrrr....

Jika saya melihat apa yang saya lakukan, kadang jadi heran sendiri, ap asih yang dirayakan dalam taun baru, spesial iya tapi apa yang dirayakan? Sampai konon 3 diva bikin konser mini dengan biaya 3Miliar rupiah lebih. Karena di saat yang sama banyak yang merayakan taun baru dengan alam, alias bencana. Esoknya saya melihat berita tentang bencana-bencana yang terjadi. Banyak banget bencana yang terjadi di balik perayaan2 taun baru yang megah, gegep gempita, dll. Tulisan saya terlihat munafik? Mungkin... Tapi itu realita.
Seberapa spesialkah taun baru? Banyak juga kawan yang menghabiskan waktu taun baru just like another night. Menyusun resolusi? Melakukan perubahan? Mengapa harus menunggu taun baru?
Sekali lagi deh.. Selamet Taun Baru 2008..
God Bless You..
2 komentar:
Met taon baru yah ^o^
http://lisan.gudangbaca.com/
Mungkin karena taon baru dianggap sebagai momen yang tepat. So, kalo mo bikin resolusi, ntar di akhir taon ga lupa waktu mo evaluasi. (padahal ga pernah bikin juga, tapi sok tau aja, he3)
Yah... uda jadi kayak urban legend kayanya....
Posting Komentar