Kamis, 17 April 2008

The Photograph Movie Review

Satu lagi film lokal yang patut diacungi jempol..

Film The Photograph sempat juga nongol di bioskop-bioskop tapi tidak begitu lama. Entah mengapa film ini menarik perhatian saya di sebuah rental film kemaren. Pinjem deh sekalian penasaran dari gambarnya kok gak kayak film-film lokal yang kejar tayang.

Alurnya lambaaat banget, tapi kok gak bosen ya, biasanya saya bosen dengan alur lambat tapi kali ini tidak. Mungkin karena ceritanya yang gak biasa dan settingnya yang di semarang sehingga kesan kota lama nya terlihat jelas. Mengisahkan tentang Sita (Shanty) yang bekerja di sebuah prostitusi berkedok karaoke. Dia terpaksa melakukan hal tersebut karena tanggung jawabnya terhadap anak dan neneknya (ini bukan pembenaran yang bisa diterima). Tidak diceritakan siapa suaminya dan bagaimana latar belakangnya karena inti cerita tidak di situ. Sita tinggal di sebuah kamar kontrakan milik Johan (Lim Kay Tong), seorang fotografer keliling yang sudah tua dan berasal dari China daratan. Selanjutnya kisah bergulir menyoroti kehidupan Johan yang ditinggal mati anak dan istrinya dalam sebuah kecelakaan kereta api. Selain itu juga sebagian menyoroti kehidupan Sita yang harus mencari nafkah untuk nenek dan anaknya. Pengambilan gambar dan suara terasa sangat artistik membuat saya bisa menikmati film ini walaupun sampai akhir cerita masih belum menemukan moral of the story nya. Sedikit kutipan-kutipan memang cukup bagus di sela-sela alur lambatnya. Sita mengajak Johan untuk tidak selalu melihat masa lalu kematian anak dan istrinya sehingga bisa menatap masa depan. Di sini budaya atau tradisi China diangkat dengan menonjolkan kegiatan-kegiatan yang mengusung pemujaan roh-roh nenek moyang dan janji kepada leluhur yang dianggap sangat sakral. Bagusnya film ini tidak terlalu menghakimi budaya tersebut walaupun sebenarnya (menurut saya) keliru sehingga tidak menimbulkan sensitifitas sosial.

Tokoh-tokoh Sita dan Johan dibawakan dengan sangat apik di sini. Terlihat jelas kualitas aktor dan aktris yang dipilih. Tidak heran kalau ternyata film ini ditujukan untuk pasar luar. Saat menikmatinya saya teringat pada sebuah film korea yang pernah saya tonton beberapa tahun yang lalu. Mirip karakter filmnya. Hening, menyentuh, pemeranan tokoh yang sempurna, tapi sayang saya lupa judulnya.

Bagi yang suka film artistik, film ini layak tonton. Selamat menonton..

NB: Shanty termasuk aktris favorit saya karena dalam membawakan peran sangat total dan benar-benar mendalami. Bukan aktris yang jaim-jaim takut kelihatan jelek.

Tidak ada komentar: